Thursday, August 21, 2014

Jilboobs di Indonesia, salahkah mereka.


Jilbab Menggugat.

Pertama kali saya denger istilah “Jilboobs”, otak saya langsung berpikir keras.
“Ini istilah apaan? Kok kayak istilah di situs-situs porno. ” <----- i="" ketahuan="" xd="">

Dan ternyata istilah “Jilboobs” itu mengacu pada para pemakai jilbab yang mengenakan pakaian dengan amat sangat ketat hingga bagian “boobs” (payudara) serta lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas.

Waduh..

Sebenarnya ini bukan hal yang baru, ketika trend pakai jilbab lagi in banget zaman saya kuliah dulu, saya udah sering liat juga model yang kayak begini. <---- i="" ketahuan="" lagi="" xd="">

Lalu sebenernya salah gak sih mereka? Pakai jilbab tapi kok bajunya ketat-ketat kayak lepet gitu.

Mungkin secara syar’i memang ada yang kurang sesuai dengan hal tersebut. Tapi berhubung ilmu saya rasanya belum mumpuni, saya sekarang memandangnya dari sudut pandang saya sendiri saja.

Jilbabmu adalah identitas dan pelindungmu.

Meskipun kadang saya masih suka mencibir, baik itu secara lisan atau hanya sekedar pemikiran saja, tapi saya tidak sepenuhnya menganggap Jilboobs itu sesuatu yang salah.
Memang sebaiknya berkerudung/berjilbab/berhijab itu diikuti dengan berpakaian yang pantas, sopan, agak longgar sehingga mencapai tujuannya yaitu untuk melindungi diri dan kehormatan dari sang pemakainya tersebut. Tapi itu jelas bukan hal mudah bukan?

Bagi saya, ketika seorang wanita muslimah memutuskan untuk mengenakan jilbab, hal itu sudah sangat luar biasa.

Bayangkan sobat,
Jika seorang wanita yang tidak berjilbab tiba-tiba suatu saat muncul dengan jilbab yang menutupi kepalanya, kita akan menghujaninya dengan kalimat-kalimat seperti
“Ciee udah tobat.”
“Wah bu haji.”
“Ih masak lu masih begitu sih, lu kan udah pakai jilbab.”
“Ih udah jilbaban, gak boleh kayak gitu kelakuannya.”

See? Jilbab bagi wanita seakan menjadi simbol pertaubatan dan seolah mewajibkan pemakainya untuk bersikap sempurna bak malaikat. Dan jika seorang wanita yang telah berjilbab memutuskan untuk melepaskan jilbabnya, maka masyarakat akan mencibirnya habis-habisan. Bukankah hal tersebut terlalu berat? 

Bandingkan dengan kaum laki-laki yang tidak memiliki hal seperti itu, yang bisa kembali dari bejat, menjadi alim, menjadi bejat kembali tanpa ada embel-embel yang memberatkannya.

Memutuskan untuk memakai jilbab bukanlah hal yang mudah. Dan hal tersebut pasti membutuhkan waktu dan banyak penyesuaian. Seorang wanita yang tadinya suka memakai pakaian yang casual pasti akan mencoba untuk memadupadankan pakaian-pakaian yang dimilikinya dengan jilbabnya sambil sedikit demi sedikit mengganti koleksi pakaiannya dengan yang lebih islami. Tidak mungkin kan seorang yang memutuskan memakai jilbab harus membuang semua baju-baju dilemari pakaiannya dan menggantinya langsung dengan pakaian-pakaian yang islami.

Yang Syar'i memang terbaik. Tapi tak perlu menunggu untuk sempurna.

Semua butuh waktu dan hal tersebut bisa diterima asalkan ada itikad baik untuk sedikit demi sedikit memperbaiki diri. Dan saya yakin dengan jilbabnya, si pemakai akan mencoba untuk memantaskan dirinya dengan tampilan yang lebih sopan.

"Tapi kan ada bar yang perempuan berjilbab yang emang sengaja pakai baju-baju seksi gitu, padahal kita udah bilangin gak boleh?"

Biarlah hal tersebut menjadi urusan dia. Toh kita tidak boleh menghakimi orang lain hanya karena dosa yang dia lakukan berbeda dengan dosa yang kita perbuat kan? :)

No comments:

Post a Comment