Friday, February 18, 2022

Hobi: Kehilangan E-money

Karena saya pengguna aktif dari angkutan umum, E-money jadi barang yang wajib dibawa. Enak kan tinggal tap saja. Tapi sepertinya saya harus lebih hati-hati nih, karena sudah seringkali E-money saya hilang. Untungnya dalam kondisi dimana saya masih ada backup e-moneynya.

1. E-money Jatuh di Grab Car
Ini terjadi saat perjalanan ke rumah Mertua. Saya yakin sekali sih jatuh di mobil itu, tapi setelah saya tanya supirnya, dia bilang tidak menemukannya. Ya sudah deh, percaya saja

2. E-money ketinggalan di Mesin ATM setelah Top up
E-money baru banget di beli. Dan saya langsung topup Rp 200.000 di mesin ATM, eh malah ketinggalan gak diambil lagi. Rugi bandar nih!

3. E-money jatuh di jalan
Ini sepertinya hatuh di perjalanan pulang kantor. Eh lucunya setelah hampir sebulan, ada nomor yang menghubungi saya dan bilang dia menemukan kartu E-money tersebut di Mall PGC. Memang saya menempelkan nama * nomor telpon di kartu tersebut. Waduh sepertinya ada yang menemukan, eh dia jatuhin juga. Karena malas ambil dan saldonya juga gak tahu sisa berapa, ya sudah deh buat mbaknya saja.

4. E-money hilang barengan Hape
Paling parah! Hp saya kecopten di Halte Busway, dan karena E-money saya diselipkan di case belakang HP, jadi ikutan hilang deh. Semoga yang nyopet dapat hidayah untuk mengembalikan sekalian Hp-nya ya.

5. E-money jatuh di jalan (lagi)
Yang paling anyar, E-money saya sepertinya jatuh lagi di area stasiun KRL Tanjung Priuk saat menuju ke tempat customer. Udah ditempelin nomor hape juga sih, tapi ya yang menemukan kan gak tahu juga ya orang seperti apa.

Semoga gak kejadian lagi deh. Karena sering begitu, saya jadi isi sedikit2 saja saldonya via NFC di HP.

Work From Home

Setelah WFH pada gelombang covid19 yang pertama dan kedua, di gelombang ketiga ini saya akhirnya WFH lagi. Sebenarnya kantor tidak memberlakukan WFH, tapi karena sebelumnya saya mengambil cuti lalu saya terkena covid19 dan harus isoman selama 10 hari, akhirnya saya sudah tidak ke kantor mulai tanggal 20 Januari hingga hari ini (18 Februari 2022). Hampir sebulan.

Hmm menurut saya sih, WFH jauh lebih efektif dibandikan harus commute tiap hari ke kantor. Bagi saya yang Introvert banget, WFH setidaknya menghilangkan distraksi-distraksi yang tidak perlu. Saya pun bisa menyesuaikan load kerja dan menambahkan jam kerja jika perlu. Hal yang akan sulit dilakukan jika harus bekerja di kantor.

Jadi kepikiran sepertinya remote working ini memang lebih cocok untuk saya. Tapi kantor saat ini sepertinya ingin cepat-cepat segera WFO. Jadi bagaimana ya?

My timeline


Sebuah kutipan dari Buku "Hidup minimalis ala orang Jepang" yang terasa membunyikan lonceng dengan keras di hati saya. Ini hal yang sekarang saya rasakan. Mengapa hidup kami bisa menjadi begitu berbeda?

Adakah "shortcut" untuk mengejar ketertinggalan tersebut?


Friday, February 4, 2022

Inovasi

Hati saya tersentak saat tidak sengaja mendengar sebuah podcast

"Sudah berapa banyak inovasi yang dikeluarkan dalam 22-23 bulan terakhir ini?"

Ya kurang lebih sudah selama itu kita hidup dalam masa pandemi ini.

Saya dulu sempat seperti mahasiswa fresh graduate pada umumnya. Terinpirasi dengan kisah-kisah Elon Musk, Steve Jobs, Zuckerberk, dll. Ingin banget kerja di startup keren yang punya misi mengubah dunia. Bahkan saya sempat membuat mockup kartu nama perusahaan sendiri yang bernama "Next Innovation" 
(Nama itu terinspirasi dari serial drama Jepang Rich Man Poor Woman)


Sampai saat ini, dengan sebegitu banyak waktu luang yang ada, rasanya belum ada satu hal pun yang saya pantas sebut sebagai sebuah inovasi.




Wednesday, February 2, 2022

Pengalaman Positif covid-19

Disaat gelombang ketiga Covid-19 mulai melanda Indonesia dengan varian Omricon-nya, saya & istri ikut rombongan keluarga ke Jawa Timur untuk menghadiri pernikahan sepupu saya.

Sepulang dari sana, saya dan istri mengalami demam dan batuk kering. 

Untuk demam, gejala yang saya alami lebih parah dimana badan-badan saya sakita semua sampai tidak kuat untuk sekedar duduk didepan laptop.

Awalnya saya pikir ini hanya sakit biasa karena kelelahan. Tapi setelah mengecek gejalanya yang sangat mirip dengan orang yang terjangkit varian omricon akhirnya saya swab antigen dan hasilnya positif.
Dan 2 hari kemudian untuk meyakinkan diri, saya & istri kembali PCR dan hasil saya tetap positif. Hamdalah hasil istri negatif.



Berkat informasi dari HRD kantor, akhirnya saya menelpon KlikDokter untuk mendapatkan layanan telemedisin dan akhirnya mendapatkan obat dari pemerintah.



Tidak menyangka sih kalau saya akan terkena covid-19 ini, karena pada gelombang 1 & 2 sebelumnya saya baik-baik saja. Untung gejala yang saya alami tergolong ringan. Alhasil beberapa hari ini saya melakukan isolasi mandiri dan WFH di rumah. Blessing in disguise?