Saturday, June 21, 2014

Berhenti dan jatuh cintalah...

Sebulan terakhir ini, kehidupan normal saya terasa terhenti..

Tiada lagi macet yang harus dicumbui tiap pagi..
Tiada lagi wajah sinis rekan kantor yang memandang saya karena datang terlambat..
Tiada lagi susu kambing hangat yang disiapkan ibu untuk saya tiap pagi..
Tiada lagi suara dari ayah, ibu dan kedua adik saya yang biasa saya dengar sepulang bekerja..
Tiada lagi suasana pengap beserta kasur kapuk super empuk yang menemani tiap tidur..
Tiada lagi acara berkumpul dengan kawan-kawan terbaik tiap akhir pekan...

Semua terasa berubah... Saya terasing disebuah tempat yang sebenarnya sudah tidak terlalu asing bagi saya. Sebuah kota besar tapi terasa begitu sepi di bagian barat Indonesia.

Sebenarnya saya benci berada disini untuk kesekian kalinya. Suasananya yang terasa sangat sepi selalu berhasil membuat saya menjadi uring-uringan. Oke, saya memang suka menyendiri. Saya suka suasana sepi. Tapi saya suka melakukan itu semua ditempat yang ramai. Bukan tempat yang benar-benar sepi seperti ini.

Dan keadaan yang seperti ini selalu berhasil meluluh-lantakan pertahanan hati yang sekuat tenaga saya bangun selama ini. Disaat tidak ada seorang pun disampingmu, kamu pun akan terpaksa jujur kepada dirimu sendiri terhadap semua pembohongan diri. Kamu pun akan tahu tentang siapa yang benar-benar kalian rindu. Siapa yang paling ingin kamu dengar suaranya. Siapa yang pertama kali terlintas dikepalamu saat melihat hujan turun.

Ayah. Ibu. Kedua Adik-adiku. Kawan-kawan terbaikku.. Lalu yang tidak terduga.. Kamu

Dinding-dinding kuat yang kubangun dengan susah payah seolah hilang, seperti debu yang disapu sang bayu. Pencitraan. Jaga Image. Gengsi. Semua hal itu menjadi kata-kata tanpa arti. Akupun tidak memiliki cukup obat bius untuk membohongi hatiku, bahwa aku rindu kamu.

Aku pun kembali naif. Reaksi-reaksi kimia akibat perasaan itu hampir saja membuat tubuhku meledak karena tidak kuat menampungnya. Jantungku berdetak lebih kencang dibandingan tes lari atletik mengelilingi 6 kali putaran lapangan olahraga. 

Terkadang, memang mencintai seseorang bisa membuatmu kehilangan dirimu sendiri.

Aku jadi suka tersenyum-senyum sendiri memandangi setiap baris pesan darimu. Lalu tanganku pun tak mau kalah dengan jantungku, bergetar dan berdetak hebat saat menelponmu hingga sering kali aku kehilangan kata untuk diucapkan. Kamu membuat aku kembali menjadi diriku yang dahulu. Ah tidak... sepertinya memang selama ini pun aku tetap selalu begini, tetap mencintaimu.

Aku berhenti sejenak.. Mencerna setiap bisik dari hati yang selama ini aku abaikan atau bahkan aku bungkam suaranya. Dan aku kembali jatuh cinta...

Akhirnya aku juga harus berterima kasih kepada kota ini. Karena disini, sering kali hal-hal yang tidak terduga mulai tertulis kisahnya.

-Dumai, 17 Juni 2014-

Tuesday, June 17, 2014

Why you should or should not choose me as your Boyfriend

-Why you should:

  1. Saya tidak suka nonton bola atau bermain game. Saya akan punya banyak waktu untuk kamu. :)
  2. I love to eat. Dijamin perbaikan gizi deh kalau jalan sama saya. ;) 
  3. Setia. Sama kejombloan saja saya setia, gimana sama kamu. :3 
  4. I’m chubby. Enak buat dicubit-cubit dan dipeyuk-peyuk. XD 
  5. I’m not good looking. Probabilitas saya selingkuh atau tebar-tebar pesona kecil. :p 
  6. Good listener. Saya siap dengerin semua cerita kamu.
  7. Saya sangat suka menelpon dan benci pesan singkat. Jadi bisa nelponin kamu tiap hari.
  8. Alhamdulilah udah kerja. 
  9. Ingin menikah diusia yang muda. Ingin menjadi sosok suami dan ayah yang baik.

- Why you should not

  1. I’m drama king. -__-
  2. Sometimes really insecure, posesif, cemburuan, ngambekan, over sensitive. Moody. Easy distracted. Mode default: Senggol Bacok. 
  3. Mr. Not Drive at all. Belum bisa bawa kendaraan jenis apapun. Jadi susah kalau harus jemput-jemput kamu. :(
  4. Introvert. Jarang bicara, apalagi tentang kehidupan pribadi. Lonerwolf wanna be. Kamu bakal berasa pacaran sama orang yang sok misterius dengan kerpribadian yang tidak bisa kamu kenali. 
  5. Internet addict. Waktu saya bakal banyak habis didunia maya. 
  6. Gak ganteng. Gak tinggi. Kulit hitam. Wajah brewokan. Perut gendut. Badan tambun. You can’t find something good phsycly in me. 
  7. Pemalas. Hobi makan dan bergadang. Bangun siang. Bisa menghabiskan waktu berhari-hari dengan Cuma uring-uringan dikamar. 
  8. Social Phobia. Bakal kikuk kalau harus ikut kamu ngumpul sama teman-teman kamu. Atau bakal awkward banget kalau ketemu sama keluargamu. 
  9. Suka “autis” sendiri. Bisa seketika gak peduli dengan keadaan disekitar dan sibuk dengan isi kepala saya sendiri. 
  10. Alergi jalan-jalan ke mall atau tempat keramaian lainnya. 
  11. Otaku, Geek, Nerd Minded. Suka hal-hal yang kekanak-kanakan sampai hal-hal yang agak freak dan anti-mainstream. 
  12. Ibu saya sendiri mengatakan kalau saya kekanak-kanakan. Meski umur sudah hampir seperempat abad tapi kedewasaaan saya gak jauh sama anak yang baru puber. 
  13. Not good with children or elderly people. 
  14. Pendidikan formal masih dibawah rata-rata. Jalur karir masih biasa-biasa aja. Gajipun antara ada dan tiada. orz
  15. Dalam keseharian masih suka jauh dari ajaran Islam. Belum bisa jadi imam yang baik bagi kamu atau keluarga kita kelak. 
  16.  ((( And more.. and more... and moreeeeeee....... ))) 
Well, bahkan saya sendiri lebih banyak menemukan alasan untuk tidak menjadikan diri saya sebagai seorang pacar yang ideal. Saya tidak bisa berjanji untuk bisa merubah itu semua, meski sebenernya perubahan itu adalah hal yang sangat pasti, baik kearah yang lebih positif atau malah negati.

Saya hanya bisa berjanji untuk selalu mengusahakan yang terbaik untukmu. Karena saya yakin, kamulah yang terbaik untuk saya.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kamu yang untuk saya, ya siapa lagi? <3 b="">

Karena saya akan menjadi seorang ayah...

Meski saya bukan tipe orang yang terlalu pro terhadap lembaga yang bernama Pernikahan, dan meski saya belum memikirkan hal tersebut untuk waktu yang dekat, saya yakin, cepat atau lambak, kelak saya akan menjadi seorang ayah.

Sebenernya apatisme saya terhadap sebuah pernikahan juga bersumber dari hal ini. Acap kali saya menemukan seorang sosok ayah yang notabene-nya sebagai kepala keluarga, terlihat belum pantas untuk menempati posisi tersebut. Mulai dari ayah yang bersikap kasar pada keluarganya, ayah yang menelantarkan keluarganya, ayah yang sibuk bermain kartu dan catur sedangkan keluarganya belum makan dari pagi tadi, ayah yang memaksakan jalan hidup anaknya, ayah yang berselingkuh atau berpoligami, ayah yang lemah, ayah yang cuek, dan sebagainya

Alhamdulilah, Saya mempunyai ayah yang sangat baik. Meski hubungan kami tidak terlalu dekat, tapi saya yakin beliau telah memberikan segala hal terbaik yang beliau bisa untuk saya.

Dan saya ingin menjadi ayah yang lebih baik dari beliau. Saya yakin ayah saya juga menginginkan hal ini.

Saya ingin menjadi sosok ayah yang sempurna, seperti yang selama ini ada dipikiran saya.

Tapi hal ini justru membuat saya menjadi naif. Jika saya berani jujur pada diri saya sendiri, sosok ayah ideal tersebut masih teramat sangat jauh dari diri saya yang sekarang. Karenanya saya menjadi agak antipati dengan pernikahan karena dalih kesiapan mental untuk menjadi seorang ayah. Saya takut. Ya jujur, saya takut jika nanti menjadi sosok ayah yang tidak sesuai dengan imajinasi yang selama ini tergambar di kanvas pikiran saya.

Apa rasanya jika menjadi sosok ayah yang tidak dianggap sebagai pahlawan oleh anak laki-lakinya sendiri?

Apa rasanya jika menjadi sosok ayah yang tidak diidam-idamkan sebagai sosok pacar oleh anak perempuannya sendiri?

Bahkan jari-jari saya yang sedang mengetik ini bergetar saat memikirkan hal tersebut.

Sampai akhirnya saya menyadari sesuatu. Tidak ada yang sesuatu yang tanpa cela selain Diri-Nya.

Tidak ada satupun sosok ayah yang sempurna.

Karena seorang ayah bukanlah sosok malaikat yang selalu berbuat kebaikan, dan bukan pula sosok setan yang penuh dengan kejahatan.

Ayah juga hanya manusia biasa. Yang punya kekurangan untuk dimaafkan dan punya keistimewaannya sendiri yang tidak bisa diabaikan.

Teruntuk anak-anakku kelak dimasa depan nanti. Ayah sangat menyayangimu nak. Ayah akan berusaha memberikan segala hal terbaik yang ayah bisa untuk kebahagianmu. Ayah tidak akan membiarkan dirimu menderita didunia ini, karena ayah yang memintamu untuk turun dari surga ke dunia ini. Kamu bukan sekedar amanat dari Tuhan. Kamu itu kebahagian, kesayangan dan harapan ayah.

Mulai sekarang, ayah berjanji untuk sejengkal demi sejengkal memperbaiki diri ayah dimasa ini agar bisa menjadi sosok ayah untuk dirimu. Yang kuat untuk tempatmu berlindung. Yang bisa kau jadikan teladan dalam bersikap. Yang bisa dengan bangga kau panggil, “Heey.. Lihat.. itu ayahku yang hebat.”

Dan teruntuk calon ibu dari anak saya dan istri saya nanti, saya amat sangat mohon bantuannya, karena sekuat apapun saya berusaha, saya tidak akan bisa berjuang sendiri... tanpa dirimu...

Karena saya akan menjadi seorang ayah....