Tuesday, April 1, 2014

Pengamen Jalanan, masih perlu kah?

Postingan ini berawal dari pengalaman gw didalam sebuah bus kota.
Saat itu gw sedang dalam perjalanan pulang dari kantor menuju rumah didalam Metromini 75 jurusan Pasar Minggu-Blok M. Gw duduk dibangku panjang dibagian paling belakang bus. Dan karena memang saat itu gw lagi capek banget, gw tertidur.

Setelah mungkin 20 menit tertidur, tiba-tiba gw bangun dengan kaget karena ada seseorang yang mencolek gw dengan agak keras. Seorang cowok, umurnya mungkin 18 tahunan yang ternyata mencolek gw dan menengadahkan tangannya ke arah gw sambil bilang "mana bang?".  Dan Gw yang saat itu emang terbangun tiba-tiba langsung menyadari bahwa orang ini adalah pengamen. Gw akhirnya hanya memandang orang tersebut dengan tatapan marah lalu orang itu pun berlalu. Seorang ibu-ibu yang duduk disamping gw sepertinya menyadari rasa kaget gw dan bilang "biasa mas, pengamen."

Rasanya gw pengen tonjok pengamen itu. Membangunkan gw yang sedang tertidur untuk minta recehan. Gw gak minta dia bernyanyi, dan sebenarnya dalam tidur gw juga mendengar suara dari pengamen tersebut yang menurut gw juga tidak bagus. Lalu atas dasar apa dia bisa mengganggu kenyaman orang didalam bis ini?

Sebenernya sudah sangat lama gw merasa jengah dengan tingkah laku para pengamen, terutama yang didalam angkutan umum.
Mereka kurasa tidak lebih dari sekedar mengganggu.
Tidak ada penumpang yang meminta mereka bernyanyi.
Para penumpang sudah sibuk dengan gadget mereka masing-masing.
Kalaupun kamu ingin mendengarkan musik, kami lebih baik mendengarkan mp3 dari ponsel kami.
Atau memilih tidur untuk menghilangkan sedikit lelah.

Kami tidak ingin mendengar suara kalian yang lebih sering terdengar fals, atau tiap hari hanya menyanyikan lagu yang sama.
Apalagi kalian yang meminta bayaran ngamen dengan gaya memaksa, kalian sungguh menyebalkan.
Banyak dari penumpang yang memberikan uang sekedar untuk "mengusir" kalian agar tidak berbuat macam-macam.

Jika kalian memang memilih jalur bermusik sebagai jalan hidup kalian, lakukanlah dengan serius. Bukan memaksa kami untuk merogoh kocek untuk mencari recehan untuk kalian.

Jujur, gw udah lama gak empati dengan para pengamen jalanan dan tidak memberi apapun untuk mereka.
Karena menurut gw jika mereka terus menerus diberi uang, maka jumlah pengamen akan terus bertambah, bahkan terwarisi sampai ke generasi-generasi berikutnya.

Ya memang ada benernya jika dikatakan "Lebih baik kami menjadi pengamen daripada jadi copet atau jambret". Tapi bukankah ada yang lebih baik dari itu? Berjualan misalnya?

Dan bukan rahasia umum lagi bahwa pendapatan dari para pengamen jalanan itu sangat besar, bisa sampai jutaan rupiah. Lebih besar dari gaji bulananku malah. Itulah beberapa alasan gw gak pernah mau memberi mereka uang.

Pengamen jalanan. Jakarta memang kejam, tidak memberi banyak pilihan bagi kita untuk memilih pekerjaan yang kita inginkan. Hanya saja.. aku rasa yang kalian kerjakan memang tidak lagi dibutuhkan.

#NoOffense

No comments:

Post a Comment