Friday, January 15, 2010

Sebuah cerpen: Kembali ke fitrah (part 2)

Sebenernya mau ngelanjutin postingan Digimon Fanfic... tapi berhubung belum diketik, akhirnya ngelanjutin yang ini dulu deh... Keep Read and comment ya!
(btw lg agak surprise nih ngeliat visitor blog gw ada yang dari mancanegara, ya walaupun cuma sedikit sih,hehehehe.


Kembali ke Fitrah (part 2)


Aku tiba ditempat kami janjian. Sebuah taman disekitar danau kampus yang cukup besar. Kulihat Mas Ari sudah tiba duluan. Dia duduk di salah satu bangku taman, tempat dimana kami biasa menghabiskan waktu senja bersama.

” Mas Ari, sudah lama? ” ujarku berbasa-basi.

“ Duduklah, aku juga baru sampai”

“ Ada apa sih Mas, kok kelihatannya penting sekali? “

“ Aku menerima perjodohan dAri orangtuaku. Minggu depan aku akan menikah. “


Deg, jantungku seperti tertusuk tombak. Air mataku mulai berlinang. Ada apa ini, tiba-tiba Masku, Ari Abdul Manaf, Mahasiswa tingkat tiga Teknik Sipil di Universitas yang sama denganku mau menikah? Sebelumnya memang Mas Ari pernah bercerita tentang perjodohan ini, tapi dia mengatakan akan menolaknya. Kenapa tiba-tiba jadi begini?

“ Kenapa Mas Ari menerimanya? “ ucapku dengan terisak

“ Aku ingin membahagiakan orang tuaku, lagipula aku ingin segera menyempurnakan sebagian dari Agamaku. “

“ Mas sudah tidak menyayangiku? “

“ Aku Masih menyayangimu dek, sebagai sesama muslim kita harus salinh mengasihi.

“ Bullshit !”, teriakku pada Mas Ari.

Allahu akbar..... Allahu akbar.....

Mas Ari terdiam. Aku terus menangis. Suara Adzan itu ikut mengiringi pilunya hatiku.

“ Sudah Ashar dek, kita sholat dulu ya! “ suara Mas Ari memecah sunyi.
Aku tidak menjawab.

“ Ayo dek, ikut Mas ke Masjid, tidak jauh kok dAri sini.”, seru Mas Ari sambil menArik lenganku.

Aku hanya bisa mengikuti arah tArikan tangan Mas Ari. Kami berjalan di jalan setapak diantara pohon pohon taman. Aku terus mengikuti Mas Ari meski tangannya tak lagi menArikku.

Tiba-tiba Mas Ari berujar, “ Kita sudah sampai dek. “

Aku mengangkat kepalaku yang sedAri tadi tertunduk karena menahan tangis.

” Ayo langsung wudhu, nanti malah kita ketinggalan berjamaah.”, ujar Mas Ari.

” Iya Mas, nanti kau menyusul. ”, ucapku sekenanya

Mas Ari langsung berwudhu dan menuju ke dalam Masjid. Setelah itu akupun berwudhu. Ya , berwudhu. Sudah lama sekali aku tidak melakukan hal ini, bahkan aku hampir luapa urutannya.

Didalam Masjid kulihat Mas Ari mengambil shaf terdepan bersama sesepuh-sesepuh Masjid dan mahasiswa-mahasiswa yang aktif dalam kerohanian Islam. Aku merasa sangat kikuk. Sudah lama sekali aku tidak sholat apalagi berjamaah di Masjid seperti ini. Ada rasa yang aneh didalam hatiku, berdebar, serasa ada suatu keharuan juga rasa malu yang teramat sangat. Sudah sangat lama aku tidak mengingat Rabb-ku.

*********

Hari ini, tanggal 27 September. Tanggal yang sama seperti yang tercetak diundangan Pernikahan berwarna hijau muda yang diserahkan Mas Ari seminggu yang lalu. Rasanya hAri ini aku ingin tetap dibawah selimut saja sambil meratapi nasibku, tapi semalam Mas Ari menelpon dan mengatakan sangat mengharapakan kehadiranku di hAri bahagianya itu. Aku tidak bisa mengelak permintaan Mas Ari, mungkin ini permintaan terakhirnya sebelum hubungan kami benar benar berakhir.

Jantungku berdegup gencang saat tiba di gedung tempat resepsi pernikahan Mas Ari. Acaranya sangat mewah, maklulmlah Mas Ari memang merupakan anak dAri salah satu petinggi di negara ini. Dengan hati nanar, kuMasuki ruangan nan megah itu. Maatku terbelalak setelah mengisi buku tamu undangan. Baru kusadAri ternyata Azizah, Siti Azizah yanag menjadi salah satu Pager Ayu. Dengan malu-malu kuambil sebuah kotak merah kecil, souvenir pernikahan Mas Ari yang disodorkan Azizah kepadaku. Setelah itu aku langsung melangkah kedalam setelah melemparkan senyuman kecil pada Azizah, teman seMasa SMA ku dulu.

Didepanku terpampang sebuah pelaminan indah nan megah. Disana, kulihat Mas Ari yang mengenakan baju pengantin adat Sumatera Barat berwarna keeMasan. Sangat gagah kelihatannya. Dsisinya ada seorang gadis yang mengenakan gaun pernikahan yang sewarna denagan Mas Ari serta jilbab yang menutupi kepalanya. Sekilas kulihat paras pendamping hidup Mas Ari, sangat cantik. Kecantikannya agak berbeda dengan paras cantik artis-artis Hollywood yang sering kulihat di TV. Ada secercah ketenangan dan kesucian hati yang terlukis di wajahnya. Tak salah Mas Ari memilihnya.
*********
(bersambung)

No comments:

Post a Comment