Sunday, November 7, 2021

A Journey To Remember: Pulau Laut, Kalimantan Selatan Part-1

Sudah 7 bulan saya tidak keluar kota, karena saat ini saya lebih sering menugaskan tim lain. Tapi karena saat itu semua personel sedang sibuk dan juga pekerjaan ini sepertinya akan lebih cepat kalau saya yang mengerjakan, akhirnya saya yang berangkat.

Day-1:
Saya naik pesawat dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara Sultan Hasanuddin untuk transit, lalu dilanjutkan ke Bandara Gusti Sjamsir Alam KotaBaru. 


Saat keluar Bandara Kotabaru, saya bingung mau naik apa ke Pelabuhan. Tiba-tiba ada pengurus Bandara yang mendekati saya & menanyakan mau kemana tujuan saya. Disini sepertinya saya tertipu, saya diminta membayar Rp350 ribu untuk taksi dari Bandara ke Pelabuhan Fery Tanjung Serdang yang perjalanannya hanya sekitar 1 jam. Pokoknya jangan mau deh kalau ditawarin sama supir taksi yang gemuk & brewokan. 

Sesampai di Pelabuhan Tanjung Serdang, cukup membayar Rp8000 saja untuk naik Fery ke Kotabaru yang memakan waktu ± 1 jam. Tujuan saya berikutnya adalah ke Taman Kota untuk menunggu travel yang ke arah Angsana. Dari Pelabuhan batu licin, saya harus berjalan kurang lebih 200 meter ke pangkalan ojek dan membayar Rp 20.000 untuk ke Taman Kota.


Apes. Sepatu safety saya solnya rusak. Untung saja saya bawa sendal jepit.
Disini saya menunggu dari jam 2 siang sampai 7 malam untuk naik travel. Parah banget deh pokoknya kalau janjian sama travel disini, mundur-mundur terus jadwalnya. Sampai-sampai si pemilik travel menjemput saya di taman kota agar bisa menunggu di pangkalan travel saja. Apes lagi, turun dari motor, celana saya tersangkut di motor, walhasil saya jatuh gilinding-gelinding. πŸ˜‚


Perjalanan dari Batulicin ke Angsana memakan waktu kurang lebih 3 jam. Di angsana, saya menginap di Penginapan Susan Dua Putri. Harga RP 250k/malam. Harga yang mahal untuk kamar yang seadanya, AC kurang dingin, tanpa meja & kuris kerja, sarapan hanya porsi nasi kecil plus telur dadar. Tapi mau bagaimana lagi, tidak banyak pilihan tempat menginap disana.



Day-2:
Tak banyak yang saya lakukan di penginapan ini, hanya beli makan siang & tidur-tiduran saja untuk isolasi mandiri.

Day-3:
Pagi hari saya berjalan kaki dari penginapan ke Klinik Tirta Medika yang berjarak ± 1.2 KM untuk test PCR. Menyesal sekali saya tidak datang lebih pagi karena ternyata ada opsi hasil PCR sameday jika datang sebelum jam 10 pagi.
Sore harinya, saya kembali naik travel ke Batu Licin. Rencana awalnya ingin menyebrang langsung ke Tanjung Serdang, tapi karena kesorean,akhirnya saya menginap dahulu di Hotel Cahaya Inn. Hotel ini tergolong bagus dan juga masih baru. Harga kamar saat itu RP 290k/malam. Yang paling suka, akhirnya ada meja dan kuris untuk saya bisa bekerja


Day-4: 
Siang hari saya menumpang naik motor orang hotel diantar ke pelabuhan Batu licin untuk naik fery kembali. 
Dari Pelabuhan tanjung Serdang, saya harus naik mobil travel kembali untuk menuju daerah Lontar. Perjalanannya ± 4 jam dan sungguh melelahkan karena jalanannya banyak yang rusak plus banyak genangan karena habis hujan.

Di lontar, saya menginap di Penginapan Karet. Harga kamar saat itu RP 275k/malam. Saya mendapat yang twin bed karena kamar yang lain penuh. Penginapan ini bentuknya seperti kontrakan petakan. Sudah ada AC, sayang tidak ada meja kerja (siapa yang mau jauh-jauh kesini untuk kerja di dalam kamar kan?). Suasana sekitar sangat cozzy. Perjalanan yang melelahkan lumayan terbayarkan.





Lanjut ke part-2 ya...

No comments:

Post a Comment