Tuesday, February 9, 2010

That's How I Know (Chapter 3)

Well,, berhubung temen gw udah pengen baca lanjutannya. This is it… (thanx jee for
waiting,hihihi. ^^)


Mimi termenung sendiri di atap sekolah. Matanya basah. Perasaannya kacau tak menentu. Pikirinya melayang ke masa-masa saat Taichi “menembaknya”.

(FLASH BACK)


Saat itu adalah acara kelulusan anak kelas 3 di SMP Todaiba. Sora, Taichi, dan Yamato termasuk anak-an
ak yang ikut lulus. Anak kelas 1 dan 2 seperti Mimi dan Koushiro juga hadir dalam acara tersebut. Setelah acara selesai, ada SMS yang masuk ke HP Mimi. Dari Taichi ternyata.

Mimi bs ktmu gk? Aku tnggu di blkang gedung Olahrga. Begitulah isi SMSnya.

Saat Mimi tiba di belakang sekolah, sud
ah ada Taichi. Ia masih mengenakan setelan jas hitam yang dipakainya saat acara kelulusa tadi.

“Hai Taichi, ada apa sihsampai aku harus kesini? “ ,tegur Mimi.

“Eh.. engg… a..aku mau mengatakan sesu
atu.” , jawab Taichi gugup.

“Ya udah ngomong aja.” ,ujar Mimi santai.


Tiba-tiba Taichi maju kehadapan Mimi, lalu menggenggam kedua tangan Mimi dengan erat. Jarak mereka sangat dekat sampai-sampai mereka bisa merasakan hembusan nafas masing-masing. Mimi mulai merasa gugup, otaknya mulai berpikir yang macam-macam.

“Mi.. Mimi.. ma.
. maukah kau jadi pacarku? “ucap Taichi gugup. Matanya menatap dalam pada Mimi.

“HAH? “ , Mimi terk
ejut, selah tak percaya dengan apa yang diucapkan Taichi barusan.

“Bukannya kau menyukai Sora? Atau jangan-jangan kau begini gara-gara Sora sudah keburu jadian sama Yamato, iya kan? “ , lanjut Mimi.

“Ti..Tidak. Aku.. Aku.. benar-benar menyayangimu Mimi.
Diam-diam
Mimi tersanjung dengan perkataan Taichi tadi. Wajahnya memerah, tapi dia masih bertanya,

“Lalu Sora?”

“Aku memang sangat dekat dengan Sora, tapi hanya sebatas sahabat. Ya aku memang mera
sa sedikit kehilangan saat dia jadian dengan Yamato, tapi itu sekedar perasaan takut kehilangan sahabat yang dekat denganku sejak kecil.” , jelas Taichi.

“Oh begitu…” , wajah Mimi makin memerah.

“Jadi?” , tanya Taichi.

“Jadi apa?” , jawab Mimi bingung.

“Ya ampun… Ya jadi apa jawabanmu?

“Hmm… Maaf
Taichi.”

“Oh… I..Iya sudah tidak apa-apa.” , jawab Taichi lemas sambil mengalihkan pandangannya dari wajah Mimi.

“Maaf… Aku tidak punya ala
san untuk menolakmu.” , lanjut Mimi.

“Eh.. maksudnya… maksudnya kamu
mau jadi pacar aku?” , ujar Taichi bingung.

“Hmm… Iya.” ,jawab Mimi malu-malu.

“Horee….!!!” , teriak Taichi cukup keras. Mimi saja
sampai kaget dengan ekspresi Taichi tadi.

Taichi lalu memeluk Mimi sambil berputar-putar. Awalnya Mimi agak risih dengan perilaku Taichi tersebut tapi memang begitulah Taichi.

“Hangatnya…” , bisik Mimi dalam hati. Perasaanya sangat senang. Sekarang ia berada di pelu
kan orang yang selama ini diam-diam dia kagumi.


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx


“Hei… sudah kukira kau pasti ada disini.” , tegur Koushiro memecah lamunan Mimi.

“Eng… eh, k
enapa kau mengikutiku?” ,jawab Mimi sedikit membentak.

“Aku hanya mengkhawatirkanmu…. Habis tadi kau berlari sambil menangis begitu.” .ujar Koushiro datar.

“Aku tidak apa-apa.”

“Kau bohong! Kita kan sudah berteman lama, kau tidak akan bisa menyembunyikan kesedihanmu dariku.”

Lalu tba-tiba… BRUG.. Mimi memeluk koushiro. Sangat erat. Air mata mimi mulai meleleh membasahi bahu Koushiro.

“Mi..Mimi.. kau..kau.. kenapa?” , Tanya Koushiro gugup. Nafasnya sesak.

“Taichiiii….” ,rengek Mimi.

“I…Iya… tapi lepaskan dulu, aku tidak bisa bernafas nih.” , ujar Koushiro.

“Eh….ma…maaf.” , Mimi mulai melepaskan pelukannya.
Mereka berdua lalu duduk berdekatan sambil bersandar ke dinding. Mimi mencerutakan semau pembicaraanya dengan Taichi di telpon tadi.

“Taichi sudah tidak men
yayangiku, aku mau minta putus saja!” , ujar Mimi kesal.

“Hei, jangan gegabah begitu. Bukankah sejak kita kembali dari dunia digital kau sudah menyuk
ainya? Masa sekarang main putus-putus saja.”
Wajah Mimi merah padam.

“Iya sih… Eh dar
imana kau bisa tahu itu Koushiro? Perasaan aku agak pernah cerita ke siapa-siapa.”

“Hmmm…. Rahasia dong.. Koushiro gitu loh! Hahahaha.“ , canda Koushiro.

“Huh, pake sok rahasia-rahasiaan ya sama aku! Awas kau Koushiro!” , balas Mimi sambil menjewer lembut telinga Koushiro.

“ Aduh jangan
jewer kupingku dong, sakit nih, ku balas kau ya!” , ujar Koushiro sambil mencubit hidung Mimi pelan.

“Aw.. ati-ati dong, ntar jerawatku pecah nih.”

“Iya deh tuan Puteri.”

“Nah begitu dong Pangeran.”

Mereka pun saling berpandangan sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. Teringat saat mereka berd
ua harus memerankan Drama Sekolah saat mereka masih kelas 5 SD. Saat itu merekalah yang terpilih untuk menjadi Putri dan Pangeran.
Langgit jingga sore mengiringi canda mereka. Terbenamnya matahari ikut membenamkan rasa sedih di hati Mimi.


No comments:

Post a Comment