Jilbab Menggugat.
Pertama kali saya denger istilah “Jilboobs”, otak saya
langsung berpikir keras.
“Ini istilah apaan? Kok kayak istilah di situs-situs porno.
” <----- i="" ketahuan="" xd="">----->
Dan ternyata istilah “Jilboobs” itu mengacu pada para
pemakai jilbab yang mengenakan pakaian dengan amat sangat ketat hingga bagian
“boobs” (payudara) serta lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas.
Waduh..
Sebenarnya ini bukan hal yang baru, ketika trend pakai
jilbab lagi in banget zaman saya
kuliah dulu, saya udah sering liat juga model yang kayak begini. <---- i="" ketahuan="" lagi="" xd="">---->
Lalu sebenernya salah gak sih mereka? Pakai jilbab tapi kok
bajunya ketat-ketat kayak lepet gitu.
Mungkin secara syar’i memang ada yang kurang sesuai dengan
hal tersebut. Tapi berhubung ilmu saya rasanya belum mumpuni, saya sekarang
memandangnya dari sudut pandang saya sendiri saja.
Jilbabmu adalah identitas dan pelindungmu.
Meskipun kadang saya masih suka mencibir, baik itu secara
lisan atau hanya sekedar pemikiran saja, tapi saya tidak sepenuhnya menganggap
Jilboobs itu sesuatu yang salah.
Memang sebaiknya berkerudung/berjilbab/berhijab itu diikuti
dengan berpakaian yang pantas, sopan, agak longgar sehingga mencapai tujuannya
yaitu untuk melindungi diri dan kehormatan dari sang pemakainya tersebut. Tapi
itu jelas bukan hal mudah bukan?
Bagi saya, ketika seorang wanita muslimah memutuskan untuk
mengenakan jilbab, hal itu sudah sangat luar biasa.
Bayangkan sobat,
Jika seorang wanita yang tidak berjilbab tiba-tiba suatu
saat muncul dengan jilbab yang menutupi kepalanya, kita akan menghujaninya
dengan kalimat-kalimat seperti
“Ciee udah tobat.”
“Wah bu haji.”
“Ih masak lu masih begitu sih, lu kan udah pakai jilbab.”
“Ih udah jilbaban, gak boleh kayak gitu kelakuannya.”
See? Jilbab bagi wanita seakan menjadi simbol pertaubatan
dan seolah mewajibkan pemakainya untuk bersikap sempurna bak malaikat. Dan jika
seorang wanita yang telah berjilbab memutuskan untuk melepaskan jilbabnya, maka
masyarakat akan mencibirnya habis-habisan. Bukankah hal tersebut terlalu
berat?
Bandingkan dengan kaum laki-laki yang tidak memiliki hal
seperti itu, yang bisa kembali dari bejat, menjadi alim, menjadi bejat kembali
tanpa ada embel-embel yang memberatkannya.
Memutuskan untuk memakai jilbab bukanlah hal yang mudah. Dan
hal tersebut pasti membutuhkan waktu dan banyak penyesuaian. Seorang wanita
yang tadinya suka memakai pakaian yang casual pasti akan mencoba untuk
memadupadankan pakaian-pakaian yang dimilikinya dengan jilbabnya sambil sedikit
demi sedikit mengganti koleksi pakaiannya dengan yang lebih islami. Tidak
mungkin kan seorang yang memutuskan memakai jilbab harus membuang semua
baju-baju dilemari pakaiannya dan menggantinya langsung dengan pakaian-pakaian
yang islami.
Yang Syar'i memang terbaik. Tapi tak perlu menunggu untuk sempurna.
Semua butuh waktu dan hal tersebut bisa diterima asalkan ada
itikad baik untuk sedikit demi sedikit memperbaiki diri. Dan saya yakin dengan
jilbabnya, si pemakai akan mencoba untuk memantaskan dirinya dengan tampilan
yang lebih sopan.
"Tapi kan ada bar yang perempuan berjilbab yang emang sengaja
pakai baju-baju seksi gitu, padahal kita udah bilangin gak boleh?"
Biarlah hal tersebut menjadi urusan dia. Toh kita tidak
boleh menghakimi orang lain hanya karena dosa yang dia lakukan berbeda dengan
dosa yang kita perbuat kan? :)
No comments:
Post a Comment