Tiba-tiba hal itu jadi polemik di pikiran gw.
Akhir-akhir ini gw sangat mengidolakan (kalo tak mau dibilang tergila-gila) dengan sebuah group idol pertama di Indonesia. Group yang terdiri dari banyak gadis-gadis belia yang sangat cantik dan bertalenta.
Kenapa gw begitu menyukai mereka, awalnya mungkin karena mereka memiliki latar belakang dari negeri sakura, negeri idaman gw. Lalu lagu-lagu dan dance mereka bagus. Hmm.. Gak munafik, mereka cantik.
Tapi lebih dari itu semua, mereka mempunyai prinsip "Tumbuh & berkembang bersama Fans"
Ya, dibanding semua group musik di Negeri ini, menurut gw mereka adalah group yang sangat menghargai fans-fansnya. Mereka selalu membungkukkan badan dan berterima kasih disetiap penampilannya. Bahkan para penonton dapat bersalaman langsung dan mengobrol singkat dengan semua anggotanya. Mereka pun aktif menyapa para penggemarnya lewat jejaring sosial.
Fans-fans mereka pun membalas dengan sangat royal mendukung mereka. Membeli tiket pertunjukan yang mahal. Memberikan kado-kado.Bahkan membeli membeli merchandise idol group tersebut dengan harga yang tidak bisa dibilang murah.
Hingga sampai dimalam itu,
Saat gw dan teman gw menunggu para anggota group tersebut pulang.
Ah sedekat apapun kita, walaupun mereka bilang akan "Tumbuh & berkembang bersama Fans", pasti tetap ada batas yang memisahkan gw dengan mereka. Batas yang kalau dirasa, mungkin sangat tebal dan tinggi.
Lalu pulangnya, ada kejadian yang sedikit menggelitik gw. Entah bagaimana awalnya, saat di jalan pulang, gw dan temen gw terjebak di kemacetan jalan yang sangat panjang.Ternyata di jalan itu sedang diadakan peringatan 1000 hari meninggalnya salah satu tokoh politik dan keagamaan besar di negeri ini. Tokoh yang pernah pula menduduki kursi nomor 1 negeri Indonesia.
Dan apa yang gw lihat? Ribuan jamaah dari seluruh pelosok negeri ini hadir disana. Membuat suasana jalan itu yang biasanya sepi menjadi hingar bingar melebihi pasar.
Apakah ribuan jamaah itu mengidolakan tokoh tersebut?
Entah kenapa, gw ngeri melihatnya. Penghargaan mereka sungguh berlebihan menurutku. Apa mereka juga melakukan hal yang setidaknya sama untuk Nabi-nya?
Ya, Terkadang peng-idola-an bisa berubah seperti semacam pemujaan, atau bahkan penyembahan.
Lalu siapa yang pantas untuk kita idolakan?
Ada teman gw berkata, "Nabi kita dong."
Entah kenapa, sulit untuk meneladani Beliau, andai Beliau masih ada disini, itu pikir gw.
Tapi gw yakin pasti ada jalan untuk meneladaninya, dia Rasullulah. Bukan tanpa alasan Beliau menjadi Nabi akhir zaman
Ada temen juga yang berkata, "Orang tua kita lah."
Mereka melebihi idola untuk gw, orang-orang terpenting bagi hidup gw.
Gw bahkan rela mengorbankan hidup gw demi mereka.
Ya, sepertinya kita sudah sangat lama kehilangan sosok yang bisa diidolakan?
Lalu siapakah idolamu sebeneranya bar?