Semenjak kerja ditempat yang sekarang, saya udah beberapa kali mengunjungi kota ini. Bahkan pernah stay disana sampai hampir 2 bulan. Ya meski udah lumayan sering kesana, tapi karena emang buat urusan kerjaan jadi gak terlalu bisa mengeksplor kota ini terlalu dalam. Ya disamping sebenernya saya juga bukan tipe orang yang suka jalan-jalan juga sih, plus gampang banget homesick, jadi kalau lagi diluar kota gitu biasanya fokus biar bisa cepet-cepet pulang.
Dumai ini katanya kota terbesar kedua di Indonesia loh. Emang sih luas banget plus penduduknya yang gak terlalu padat, jadi kerasa lowong banget kota ini. Untuk pusat kotanya sendiri sebenernya gak terlalu besar, disini malah belum ada yang namanya Mall dan Bioskop. Terbilang sepi untuk sebuah pusat kota.
Kota ini yang juga emang deket banget sama laut, kebanyakan diisi dengan pabrik-pabrik minyak, baik itu minyak bumi atau minyak sawit. Jadi jangan heran kalau kamu jalan sedikit aja, pasti ketemu dengan pabrik plus tangki-tangki penampungan minyaknya yang besar-besar banget. Bahkan saking identiknya kota ini dengan industri minyaknya, bekerja dipabrik-pabrik itu seolah menjadi pekerjaan yang bonafit dan terpandang bagi penduduk dikota ini.
Dumai ini katanya kota terbesar kedua di Indonesia loh. Emang sih luas banget plus penduduknya yang gak terlalu padat, jadi kerasa lowong banget kota ini. Untuk pusat kotanya sendiri sebenernya gak terlalu besar, disini malah belum ada yang namanya Mall dan Bioskop. Terbilang sepi untuk sebuah pusat kota.
Kondisi salah satu jalan utama di Kota Dumai pada siang hari
Kota ini yang juga emang deket banget sama laut, kebanyakan diisi dengan pabrik-pabrik minyak, baik itu minyak bumi atau minyak sawit. Jadi jangan heran kalau kamu jalan sedikit aja, pasti ketemu dengan pabrik plus tangki-tangki penampungan minyaknya yang besar-besar banget. Bahkan saking identiknya kota ini dengan industri minyaknya, bekerja dipabrik-pabrik itu seolah menjadi pekerjaan yang bonafit dan terpandang bagi penduduk dikota ini.
Tangki-tangki penampungan minyak seperti ini sangat banyak ditemui
Untuk mencapai kota ini, saya biasanya dari Jakarta naik pesawat ke Pekanbaru lalu melanjutkan perjalanan darat dari Pekanbaru ke Dumai dengan naik mobil travel selama kurang lebih 6 jam. Sebenarnya ada juga penerbangan lokal dari Pekanbaru ke Dumai, hanya saja katanya jumlah seatnya terbatas dan didominasi oleh sebuah perusahaan negara yang bergerak di bidang minyak bumi. Isunya akan segera dibangun jalan tol dari Pekanbaru ke Dumai, semoga saja cepat terlaksana karena memang lewat jalur yang sekarang itu sangat jauh dan banyak area-area jalan yang rusak sehingga membuat perjalanan terasa lama dan melelahkan.
Ada dua Travel yang saya biasa gunakan untuk mencapai Dumai dari Pekanbaru:
1.Travel Permata Bunda
Contact: 081276918989 / 081275189868
Harga terakhir: Rp.120.000 (Juni 2014)
2.Travel Karya Maju
Contact: 076535239
Harga terakhir: Rp.200.000 (Juni 2014)
Di kota Dumai saya biasanya memilih tinggal di pusat kotanya, baik itu di Hotel maupun penginapan kecil jika dana sedang tidak mencukupi. Pilihan hotel saya biasanya jatuh ke Hotel City di jalan Sudirman. Karena pertama kali di Dumai saya menginap disini, akhirnya jadi familiar.
Hotel City (bangunan yang berwarna pink)
Rate harganya pun masih lumayan terjangkau. Terakhir saya pilih Room Standar dengan rate Rp. 275.000/malam. Pilihannya ada yang single bed maupun Double. Fasilitas yang kita dapatkan disini juga lumayan. Kamar mandi dengan shower air panas. Bathub (untuk room diatas standart), wifi, dan sarapan untuk 2 orang tiap harinya.Hanya saja untuk sarapan, seperti managemen hotel perlu sedikit berbenah diri. Menu yang ditawarkan terlalu monoton, biasanya nasi goreng terus sehingga cepat membuat bosan.
Room Standart Hotel City
Jika ingin memilih hotel atau penginapan lain, disepanjang jalan sudirman ini memang pusatnya. Tinggal cari-cari saja yang sesuai dengan keinginan dan budget kamu. Mulai dari yang mewah macam Grand Zuri atau Hotel Comfort sampe penginapan-penginapaan sederhana dengan tarif 50 ribuan permalam.
Hotel Comfort. Lokasinya dekat dengan Hotel City
Lanjut ke soal Transportasi. Berhubung saya emang gak bisa mengendarai jenis kendaraan apapun, masalah ini jadi isu itu saat ke Dumai. Di kota ini, transportasi umumnya terbatas banget. Ada sih angkot, cuma angkotnya masih gak bernomor dan jalur trayeknya masih gak jelas. Jadi cuma angkot-angkot pribadi yang gak ada aturan jelasnya. Pernah saya naik angkot dan dianterin ke suatu tempat yang gak begitu jauh, eh sang supir minta Rp.10,000. Alasannya itu bukan jalur trayek dia. Ya mana saya tahu kan.
Sudut jalan di kota Dumai. Sepi angkutan umum
Jadi kalau mau naik angkot di Dumai ini harus tau pasti jalur angkot yang emang dilewatin si empunya angkot tersebut. Pilihan lain, banyak Bentor (becak motor), becak dan ojek yang siap nganterin kamu kemana-mana. Well, harus pinter-pinter nawar ya, soalnya suka ngasih harga yang mahal kalau tahu kita bukan orang asli situ. Better, kalau di Dumai ini sih bawa kendaraan sendiri aja. Pernah temen sewa motor cuma Rp.50.000 sehari. Kalau sewa mobil sekitar Rp.250rb sampai Rp.300rb. Coba aja tanya sama resepsionis tempat kamu menginap, biasanya mereka sediain atau minimal tahu info dimana kamu bisa sewa kendaraan.
Gak lengkap ya kalau ke suatu kota tanpa nyobain makanan khas daerah sana. Well, sayangnya selama disini saya gak pernah nemuin makanan yang khas banget dari Dumai. Dan setelah nanya orang sana emang katanya gak ada yang makanan besar yang khas dari sini. Disini tempat makan didominasi sama Rumah-rumah makan padang. Ya karena emang mayoritas disini banyak pendatang dari daerah sana. Tapi kalau lagi bosen makan yg bersantan dan mau keliling-keliling bisa juga nemu makanan yang lain. Rekomendasi kalau mau berburu kuliner sih dateng aja ke Alun-alun didepan Ramayan atau ke Jalan Ombak.
Ramayana di Kota Dumai. Salah satu pusat hiburan dan shopping di kota ini.
Oleh-oleh khas daerah sini itu adalah keripik cabe. Keripik singkong yang diiris kecil-kecil dengan tekstur yang agak keras terus dikasih bumbu cabai. Tapi kalau misalnya pemgen beli oleh-oleh yang lain, belinya di Pekanbaru aja nanti pas perjalanan pulang.
Kripik Cabai. Oleh-oleh khas Dumai
Di Dumai ini biasanya saya bekerja di daerah KID (Kawasan Industri Dumai) di Pelintung, perjalanan kesana dari Dumai kota kira-kira 1 jam dengan motor. Sering juga kerja di daerah Lubuk Gaung, perjalanan 30 menit dari Dumai Kota. Disana memang pusatnya-pusatnya pabrik minyak, baik itu minyak sawit atau minyak bumi serta pelabuhan tempat kapal-kapal perdagangan berlabuh.
Tanki-tanki minyak di Kawasan Industri Dumai.
Untuk tempat berwisatanya sendiri, seperti di Dumai gak banyak pilihan, namanya juga kota yang mayoritas Industri. Selain Ramayan dengan alun-alunnya yang ramai kalau malam, terutama malam minggu, ada juga beberapa pantai yang katanya bagus. Sayang sekali saya belum pernah mengunjungi pantai-pantainya. Oh iya, dari Dumai ini kamu bisa naik kapal fery kalau mau ke Batam dan Singapura.
Oke deh, segitu dulu sekelumit catatan perjalanan saya di kota Dumai. Bagi saya, kota Dumai ini spesial banget, karena ketika saya jauh dari Jakarta dan orang-orang kesayangan disana, biasanya di Kota ini saya bisa kembali dekat dengan sosok seseorang disana meski hanya lewat berbalas pesan dan suara. *cie curcol xD
"Di Dumai juga ada cinta"
Ciaaao!! Keep Travelling, Go get lost!
Cobain pangsit Ali (jl cempedak) atau pangsit nurul (jl jeruk) bro
ReplyDeletekebetulan gw lahir dan tumbuh dsana, jadi lumayam tau byk jg :D
salam kenal
Salam Kenal bro, sesama anak Dumai ...
Deletecobain juga bro ''lontong Gantino'' ama teh talua, ngga tau msh ada apa ngga ...
ReplyDeleteSewa motor di dumai dimana bro??? Ada nomor kontaknya gak, soalnya mw ke dumai jugak cuman bingung gak ada kendaraan dsna
ReplyDeleteterimakasih infonya bermanfaat sekali
ReplyDeletePT Noorel Idea
sepi mas broh angkut dan tempat wisata. maklum kota singgah .. yang ada hanya cinta sesaat.. wkwkkwk.. salam traveling
ReplyDelete