Meski saya bukan tipe orang yang terlalu pro terhadap lembaga yang bernama Pernikahan, dan meski saya belum memikirkan hal tersebut untuk waktu yang dekat, saya yakin, cepat atau lambak, kelak saya akan menjadi seorang ayah.
Sebenernya apatisme saya terhadap sebuah pernikahan juga bersumber dari hal ini. Acap kali saya menemukan seorang sosok ayah yang notabene-nya sebagai kepala keluarga, terlihat belum pantas untuk menempati posisi tersebut. Mulai dari ayah yang bersikap kasar pada keluarganya, ayah yang menelantarkan keluarganya, ayah yang sibuk bermain kartu dan catur sedangkan keluarganya belum makan dari pagi tadi, ayah yang memaksakan jalan hidup anaknya, ayah yang berselingkuh atau berpoligami, ayah yang lemah, ayah yang cuek, dan sebagainya
Alhamdulilah, Saya mempunyai ayah yang sangat baik. Meski hubungan kami tidak terlalu dekat, tapi saya yakin beliau telah memberikan segala hal terbaik yang beliau bisa untuk saya.
Dan saya ingin menjadi ayah yang lebih baik dari beliau. Saya yakin ayah saya juga menginginkan hal ini.
Saya ingin menjadi sosok ayah yang sempurna, seperti yang selama ini ada dipikiran saya.
Tapi hal ini justru membuat saya menjadi naif. Jika saya berani jujur pada diri saya sendiri, sosok ayah ideal tersebut masih teramat sangat jauh dari diri saya yang sekarang. Karenanya saya menjadi agak antipati dengan pernikahan karena dalih kesiapan mental untuk menjadi seorang ayah. Saya takut. Ya jujur, saya takut jika nanti menjadi sosok ayah yang tidak sesuai dengan imajinasi yang selama ini tergambar di kanvas pikiran saya.
Apa rasanya jika menjadi sosok ayah yang tidak dianggap sebagai pahlawan oleh anak laki-lakinya sendiri?
Apa rasanya jika menjadi sosok ayah yang tidak diidam-idamkan sebagai sosok pacar oleh anak perempuannya sendiri?
Bahkan jari-jari saya yang sedang mengetik ini bergetar saat memikirkan hal tersebut.
Sampai akhirnya saya menyadari sesuatu. Tidak ada yang sesuatu yang tanpa cela selain Diri-Nya.
Tidak ada satupun sosok ayah yang sempurna.
Karena seorang ayah bukanlah sosok malaikat yang selalu berbuat kebaikan, dan bukan pula sosok setan yang penuh dengan kejahatan.
Ayah juga hanya manusia biasa. Yang punya kekurangan untuk dimaafkan dan punya keistimewaannya sendiri yang tidak bisa diabaikan.
Teruntuk anak-anakku kelak dimasa depan nanti. Ayah sangat menyayangimu nak. Ayah akan berusaha memberikan segala hal terbaik yang ayah bisa untuk kebahagianmu. Ayah tidak akan membiarkan dirimu menderita didunia ini, karena ayah yang memintamu untuk turun dari surga ke dunia ini. Kamu bukan sekedar amanat dari Tuhan. Kamu itu kebahagian, kesayangan dan harapan ayah.
Mulai sekarang, ayah berjanji untuk sejengkal demi sejengkal memperbaiki diri ayah dimasa ini agar bisa menjadi sosok ayah untuk dirimu. Yang kuat untuk tempatmu berlindung. Yang bisa kau jadikan teladan dalam bersikap. Yang bisa dengan bangga kau panggil, “Heey.. Lihat.. itu ayahku yang hebat.”
Dan teruntuk calon ibu dari anak saya dan istri saya nanti, saya amat sangat mohon bantuannya, karena sekuat apapun saya berusaha, saya tidak akan bisa berjuang sendiri... tanpa dirimu...
Karena saya akan menjadi seorang ayah....
No comments:
Post a Comment