Diterjemahkan secara bebas dari artikel di Tinny Buddha yang berjudul
Loneliness is a Choice: Proactively Choose to Connect with People (by: Razwana Wahid)http://tinybuddha.com/blog/loneliness-is-a-choice-proactively-choose-to-connect-with-people/
Kesepian itu adalah Pilihan: Bersikaplah proaktif untuk berhubungan sosial dengan Orang lain
Pergunakanlah kekuatan kita sebaik-baiknya dan biarkan sisanya terjadi sendirinya." ~ Epictetus
Apakah kamu tahu rasanya ketika kamu benar-benar sendirian?
Aku tidak bermaksud tentang keadaan yang tenang atau keadaan saat kamu memilih untuk sengaja menyendiri
Ini adalah keadaan sendiri yang membuat telingamu berdering. Ini adalah rasa sakit di perutmu yang memunculkan rasa ketidakamanan dan perasaan takut akan penolakan . Ini seperti rasa depresi yang membuatmu matamu menangis dan membuat pipimu basah.
Kamu tahu, perasaan kesepian yang seperti itu kan?
Aku tidak pernah ingin merasakana hal seperti ini. Ketika aku pertama kali pindah ke Paris, gambaran akan harapan bahwa "masa depan aku dimulai di sini" meledak dari setiap pori-pori kulitku.
Saat itu aku sibuk dengan kehidupan sehari-hari, memulai untuk mengenal teman-teman baruku, menyibukkan diri dengan proyek kerja yang baru dan menjelajahi keindahan dari kota yang menakjubkan ini. Aku begitu tenggelam dalam semua hal baru ini dan aku tidak ada waktu untuk berhenti dan berpikir tentang jangka panjang.
Dan sepertinya itu memang tidak ada perlu. Aku memulai sebuah fase baru yang menarik dalam hidup aku. Tidak ada waktu untuk berhenti dan berpikir!
Tapi kemudian semua hal baru itu memudar. Teman-teman baruku menjadi terasa familiar. Pekerjaanku terasa mulai biasa, tidak ada hal-hal yang baru. Apartemenku sudah ku rapihkan. Aku selesai menjadi "baru."
Dan saat itulah realitas akhirnya masuk kehidupku
Sudah waktunya untuk Normalitas. Rutinitas. Familiaritas
Tapi tidak ada hal di Paris yang sama seperti kehidupan lamaku. Aku tidak punya teman sejati di sini, tidak ada yang aku bisa aku telepon dan kuajak "Hei, Ayo kita berkumpul bersama pada hari ini." Keluargaku pun berada di negara yang berbeda.
Rasa kekosongan itupun meledak.
Manusia, secara alami adalah makhluk sosial, dan aku tidak hanya sekedar suka untuk berteman, energiku berasal dari berhubungan sosial dengan orang lain. Mengambil hal ini dariku sama seperti mengambil semua identitasku.
Aku tidak jatuh ke dalam perasaan depresi. Aku juga tidak pergi hang-out, tidak juga menjadi liar, atau minum koktail semalaman. Bahkan, tidak ada satupun momen penting yang menginspirasiku berubah dari seorang penyendiri yang tak punya teman menjadi orang yang pandai bersosialisasi.
Seperti dengan apa yang terjadi dalam hidup ku sebelumnya, persahabatan membutuhkan waktu untuk terjalin. Dan bahkan, tidak ada akhir dari proses tersebut, tidak ada hal yang menandakan proses itu telah selesai.
Membangun sebuah kehidupan yang penuh dengan apa yang aku inginkan tidak akan muncul begitu saja hanya melalui beberapa kalimat afirmasi atau mendaftar ke sebuah forum. Aku harus menentukan hal itu untuk diriku sendiri. Ini akan menjadi sebuah proses evolusi. Perbedaan tersebut dapat dimulai dengan menggunakan dua kata: apa dan bagaimana.
Apa yang sebenarnya aku benar-benar inginkan?
Jawabannya sederhana. Aku ingin memiliki seseorang yang bisa aku telpon kapanpun dan menghabiskan waktu bersama dengannya. Tapi lebih lagi dari sebelumnya, aku ingin perasaan keterikatan, percakapan, “chemistry” dan berbagi pengalaman.
Aku tidak hanya ingin sekedar punya kenalan. Aku ingin teman-teman sejati yang saling menghormati dan merasakan perasaan memiliki satu sama lain. Sederhana!
Bagaimana aku bisa sampai disana, dimulai dengan melepaskan prasangka dan perasaan ketidakamanan, seperti hal-hal berikut:
· Semua orang sudah memiliki lingkaran pertemanannya masing-masing. Mengapa mereka mau berteman denganku?
· Aku tidak bisa berbicara bahasa mereka, jadi bagaimana aku bisa terlibat dengan orang-orang baru?
· Orang Prancis terkenal tidak ramah, sehingga akan sulit bagi aku
Pikiran-pikiran seperti itu saja cukup kuat untuk menghancurkan diriku dalam perasaan keraguan atas diri sendiri. Tapi rasa keamananku tidak muncul dari menghilangkan keraguan-keraguan tersebut, tetapi dari memilih untuk mengambil tindakan agar terlepas dari mereka.
Perjalananku untuk mencari teman baru dimulai dengan dua hal utama: orang-orang yang aku sudah kenal sebelumnya, dan hal-hal yang menarik bagiku.
Aku memutuskan akan mengajak duluan beberapa kenalan baruku untuk makan siang bersama. Percakapan-percakapan yang terjadi selanjutnya itu mengungkapkan adanya minat yang sama diantara kita, jadi aku mengajak salah satu kenalanku untuk bergabung denganku di kursus menjahit baju. Salah satu kenalanku yang lain dan aku ikut dalam kursus panjat dinding
Dengan menggunakan keinginanku untuk belajar bahasa Perancis dan juga untuk terlibat dengan orang-orang di luar kantorku,. aku bergabung dengan sebuah kelompok secara online dan mulai bertemu dengan orang-orang yang juga ingin belajar bahasa Inggris dan sebagai balasannya. mereka akan mengajari aku bahasa Perancis. Hal ini mejadi sebuah alasan untuk saling bertemu dan beberapa kesamaan lainnya untuk bekerja secara bersama.
Beberapa dari mereka telah menjadi teman yang tak tergantikan bagiku dan beberapa lainnya mungkin tidak akan pernah aku jumpai lagi. Tapi aku menemukan perasaan senang yang sederhana selama menjalani proses ini. Apakah aku akan menjumpai orang-orang ini jika aku awalnya tidak berusaha memulai terlebih dahulu?
Dan ini mungkin pelajaran yang paling mendasar dari semua pengalaman ini. Jika aku ingin mempunya teman, aku harus meminta untuknya. Itu adalah tanggung jawabku pribadi untuk memulai terlebih dahulu. Tidak ada hal yang ajaib, tidak juga ada formula rahasia. Yang ada hanya menemukan apa dan bagaimana caranya.
Perubahan apa yang telah kamu lakukan untuk mengurangi perasaan kesepian? Hal apa yang telah diajarkan hal tersebut kepada diri anda sendiri?
No comments:
Post a Comment