Pernah denger istilah "Hikkikomori"?
Hikkikomori sendiri adalah istilah Jepang yang berarti “menarik diri'” dan mulai menarik perhatian media sejak 1999-2000an karena kasusnya yang cukup fenomenal.
Diduga ada 2 juta remaja Jepang (kebanyakan umur 13-20 tahun) yang mengalami penyakit ini. Sindrome yang paling jelas dari hikikomori adalah tidak pernah keluar kamar (atau rumah). Bahkan tercatat ada orang yang tidak keluar dari kamarnya selama 10 tahun.
80% hikikomori adalah laki-laki dan fenomena ini sering dijumpai di negara maju. Di banyak negara, hikikomori dianggap sebagai penyakit psikologi, sindrom PDD dan autisme.
Well, selama gw lagi tugas di Medan sebulan ini , entah kenapa rasanya kadar Hikkikomori gw jadi meningkat. Yah emang dasarnya gw ada bakat hikkikomori sih dari dulu.
Jadi ketika gw di Medan dan gak ada kerjaan (weekend atau tanggal merah), gw cuma dikamar hotel aja seharian. Gak keluar-keluar. Sekalinya keluar, itu pasti cuma buat beli makanan. Biasanya gw beli makanan itu langsung banyak jadi bisa buat makan beberapa hari. Dan ketika diluar, entah kenapa rasanya gw pengen buru-buru balik ke kamar. Jadi buru-buru gitu deh belanjanya kayak orang autopilot. Jalan gak pake senyum, nunduk-nunduk dengan langkah yang cepat kayak orang mau ngambil duit gajian. :p
Ya emang kehidupan gw (Alhamdulilah) gak memungkinkan gw buat jadi Hikkikomori murni 100%, secara tetap harus kerja.
Kalau di lagi Jakarta, biasanya Hikkikomori gw kumat pas weekend. Dengan koneksi internet dan makanan yang sudah tersedia dirumah, gw gak menemukan lagi cukup alasan buat keluar rumah. Tapi terkadang ada temen yang ngajak main atau ada temen yang main ke rumah juga sih.
- Kalau ditanya, kenapa sih bisa banyak orang yang Hikkikomori gitu?
Mungkin gw bisa sedikit mewakilkan jawaban mereka.
Kehidupan sosial di luar yang kadang terasa terlalu keras dan memberikan tekanan bagi orang-orang yang "agak berbeda" dari masyarakat umum. Makanya kebanyakan penderita Hikkikomori itu adalah orang-orang yang punya Social Anxiety Syndrom, Introvert atau pun Otaku.
- Darimana dan bagaimana mereka bisa bertahan hidup kalau gak keluar rumah?
Kebanyakan penderita Hikkikomori itu masih tinggal sama orangtua mereka, jadi selama orangtua mereka masih sanggup, ya hidup mereka terjamin.
Atau ada juga yang punya keterampilan dengan program komputer dan jaringan internet sehingga bisa menghasilkan uang tanpa keluar kamar.
Biasanya mereka keluar hanya pada malam hari, dengan jaket hoodie dan masker menuju supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari mereka. Atau bisa juga pesan delivery.
- Apa yang biasa dilakukan Hikkikomori di kamarnya?
Main game. Internetan. Baca komik atau buku-buku lainnya. Yang paling utama, ya Internet. Mungkin ini faktor utama yang membuat Hikkikomori bisa bertahan tidak keluar kamar dalam waktu yang lama.
- Bagaimana perasaaan menjadi hikkikomori?
Oke, ini akan gw jawab berdasarkan apa yang gw rasakan.
Beberapa saat, akan ada ilusi "aman" yang dirasakan dengan tetap berdiam diri dikamar. Tidak ada tekanan sosial. Tidak ada tatapan sinis dari orang-orang. Tidak harus panas-panasan dijalan. Semua tersedia.
Tapi, cepat atau lambat akan ada perasaan kesepian dan kebosanan yang sangat dalam. Bored to death.
Buktinya, banyak kasus Hikkikomori yang berakhir dengan suicide (bunuh diri).
Zaman liburan kuliah, gw pernah Hikkikomori dalam waktu yang cukup lama. Rasanya waktu berlalu begitu saja dan berakhir dengan rasa bosan dan sepi yang "membunuh".
- Emang ada, Hikkikomori di Indonesia? Bukan di Jepang aja?
Ada. Dan lumayan banyak. Kebetulan gw pernah meluangkan waktu untuk mencari hal ini. Dari beberapa postingan blog dan forum, gw nemuin banyak kasus Hikkikomori yang terjadi di Indonesia. Kebanyakan yang gw temui pelakunya adalah pelajar atau Mahasiswa. Kecemasan sosial, pengalaman di-bully, dan sifat introvert menjadi faktor pencetus mereka menjadi Hikkikomori. Dan internet menjadi pelarian utama mereka.
- Hikkikomori bisa sembuh gak?
BISA! Di Jepang sendiri ada sebuah LSM yang membantu para penderita hikkikomori untung dapat kembali ke kehidupan sosial mereka. Di Lembaga tersebut, mereka akan dilatih untuk bekerja dan berkomunikasi dengan para hikkikomori lainnya. Mereka juga diharuskan tinggal di semacam apartemen khusus yang tidak memungkinkan para penderitanya untuk kembali mengurung diri saja di kamar.
Gw pribadi, sebenernya pengen banget bisa kenal dan sedikit membantu para Introvert, Otaku, penderita Social Anxiety dan Hikkikomori yang merasa tidak puas dengan hidup mereka untuk kembali menjalani hidup secara normal.
Bukan gw sok hebat atau bagaimana, gw sendiri pun sedang berjuang untuk keluar dari efek negatif dari syndrom-syndrom yang gw sebutin diatas. Hanya saja, rasanaya jika menemukan orang yang sama, mungkin gw bisa share apa yang kita sama-sama alami dan mencari solusinya.
Entah dengan orang-orang lainnya, tapi gw sendiri, jujur adalah orang yang merasakan efek negatif dari menjadi Introvert, Otaku, penderita Social Anxiety dan Hikkikomori. Kadang gw merasa sangat kesepian. Kadang merasa terbuang. Waktu rasanya berlalu begitu saja tanpa hal-hal yang berarti dan membahayakan. Bahkan rasanya kadang sangat bosan hingga terasa "lebih baik untuk mati".
Bagi yang merasa fine-fine saja, ya mungkin itu jalan yang kalian pilih. Gw juga tidak men-judge bahwa penderita syndrom-syndrom itu adalah orang yang buruk. Karena gw juga bagian didalamnya.Gw bagian dari kalian.
Ada sebuah analagi yang sangat menarik dari negeri asal istilah "Hikkikomori" ini berasal,
Kanji Manusia (Hito) dalam bahasa Jepang, terdiri dari dua buah garis. Hal itu melambangkan bahwa sebagai manusia, kita tidak bisa hidup sendiri. Garis yang satu menyokong garis yang lainnya, melambangkan bahwa kita harus saling membantu.
Untuk yang pengen tahu lebih banyak tentang Hikkikomori ini, bisa coba tonton anime "Welcome to NHK", atau film "Densha Otoko" dan "Tokyo!"