Well... last chapter from this series..
Dengan gugup aku ikut berbaris diantrian para tamu yang ingin bersalaman dengan kedua mempelai yang sedang berbahagia itu. Jantungku berdegup makin kencang seiring semakin dekatnay aku dengan Mas Ari. Saat tepat dihadapan Mas Ari aku langsung terdiam, tubuhku membatu kaku. Untunglah aku orang terakhir di bArisan itu. Kalau tidak,mungkin aku sudah didorong oleh tamu-tamu lain. Kuulurkan tanganku untuk menyalami Mas Ari dan Mas Ari menyambutnya dengan jabatan tangannya yang kekar itu.
” Terima kasih ya dek, sudah mau datang. ” ujar Mas Ari.
” Selamat ya Mas! ”, ucapku, hanya itulah yang Masih bisa terucap dari bibirku yang kelu.
Dan, Brug......
Mas Ari tiba-tiba memelukku, erat sekali. Entah kenaap tangisku langsung pecah dipelukannya. Akupun merasakan bahuku basah oleh air mata Mas Ari. Aku merasakan kehangatan darinya. Seperti kehangatan dari seorang kakak kepada adiknya. Cukup lama kami berpelukan.
” Aku akan selalu mendoakan yang terbaik bagimu dek! ”, bisik Mas Ari sambil melepas pelukannya. Kulihat telaga air mata di kedua matanya yang bening itu.
” Iya Mas! ”, seruku lirih sambil mencoba meMasang kembali senyuman.
Cukup lama kami kembali berpandangan. Rasanay ada banyak sekali perasaan yang ingin tersampaikan lewat pandangan mata kami.
Kakiku melangkah maju. Pandanganku beralih ke seorang wanita disamping Mas Ari. Ya dia istri Mas Ari.
“ Ini Nur, sahabatku yang sering kuceritakan padamu. ”, ujar Mas Ari seraya memperkenalkanku dengan istrinya.
“ Saya Nisa Humairah. “, gadis itu berucap sangat lembut sambil merapatkan kedua tangannya didepan dadanya untuk bersalaman denganku. Itu cara bersalaman yang sama seperti aktifis-aktifis kampus yang sering kulihat dikampusku.
Pandangannya tertunduk, entah kenapa tapi kau Masih bisa melihat keindahan yang sulit untuk kugambarkan. Bukan sekedar parasnya saja, tapi ada kecantikan hati yang terpancar dari wajahnya.
Aku kembali melangkah meninggalkan Mas Ari dan istrinya lalu bersalaman dengan kedua orangtua mempelai. Setelah itu aku menuju kerumunan tamu-tamu yang lain. Aku sama sekali tidak berminat untuk menikmati hidangan prasmanan di pesta pernikahan ini. Jadi segera saja kulangkahkan kakiku keluar gedung. Didepan aku sempatkan untuk melihat Azizah dari kejauhan. Dia terlihat sibuk menyambut kedatangan para tamu, tapi wajahnya Masih terlihat cantik. Sangat cantik bahkan.
*********
Aku duduk termenung di bangku taman, tempat dimana aku biasa menghabiskan waktu bersama Mas Ari. Tapi sekarang aku duduk sendiri. Pikiranku sedang jauh melayang, mencoba merefleksikan apa yang terjadi dihidupku ini.
Mataku tertArik melihat pemandangan di permukaan danau. Dua angsa sedang bergumul memadu kasih, sangat menArik tapi juga mengusik isi hatiku. Belum lagi muda mudi yang sedang duduk bermesraan dipinggir danau. Ya dan juga bumi yang kujejak denagn langit yang kutatap.
Sekarang aku baru sadar, Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya berpasangan dengan begitu sempurna. Langit dengan Bumi, siang dengan malam, hitam dengan putih, jantan dengan betina dan........
pria dengan wanita,
Ya betul, pria dengan wanita, itulah yang baru aku sadari......
Sedari awal, hubunganku dengan Mas Ari memang tidak ditakdirkan untuk bersatu. Sekarang Mas Ari telah menemukan pasangan hidupnya, dan aku...
Nurdin Cahyadi Winarno, pria usia 20 tahun, mahasiswa teknik komputer ini juga harus kembali kejalanku, kembali ke fitrahku, dan mencari bidadari pendamping hidupku.
Yah untunglah Allah SWT telah menyadarkanku sebelum aku dilaknat seperti kaum Nabi Luth AS. Hubungan sesama jenis memanglah sesutau yang sangat terlarang & percuma untuk dipertahankan.
Ya Allah, Terima kasih Engkau telah memberi Hidayah-Mu kepada jiwa yang tersesat ini, aku ingin kembali mengenal-Mu Ya Allah dan berjalan diatas jalan keridhoan-Mu.
Dan sekarang hatiku telah mantap untuk kembali ke fitrahku sebagai seorang laki-laki normal, Lagipula.......... Azizah cantik juga.
SELESAI.
yang mau baca full versi PDF bisa download disini.
No comments:
Post a Comment